Commons Sight – Empeng atau dot menjadi benda yang sering digunakan orang tua untuk menenangkan bayi. Banyak yang percaya bahwa empeng bisa membantu bayi tidur lebih nyenyak dan berhenti menangis. Namun, di balik manfaat tersebut, para pakar mulai mengingatkan soal dampak jangka panjang. Salah satunya adalah pengaruh terhadap pertumbuhan gigi dan struktur mulut bayi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan dalam waktu lama bisa menyebabkan gangguan bentuk rahang. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mengetahui risiko yang menyertai penggunaan empeng.
Menurut dr. Maya Rachmadani, spesialis dokter gigi anak, empeng bisa memberikan tekanan yang tidak alami pada gusi bayi. Jika digunakan terlalu lama, tekanan tersebut dapat memengaruhi pertumbuhan gigi depan dan susunan rahang atas. Dalam beberapa kasus, anak-anak yang terbiasa dengan empeng sejak kecil menunjukkan kecenderungan gigi tonggos. Bahkan, struktur rahangnya cenderung memanjang ke depan secara tidak proporsional. Maya menambahkan bahwa gangguan ini bisa terlihat sejak usia dua tahun. Jika tidak ditangani, kondisi ini bisa membutuhkan perawatan ortodontik jangka panjang.
“Baca Juga : iPad Gen 11 Resmi Meluncur, Pakai Chip A16 dan Lebih Murah”
Durasi pemakaian empeng menjadi salah satu aspek krusial yang diperhatikan oleh para ahli. Penggunaan yang sesekali dan tidak terlalu lama dianggap aman. Namun, jika bayi terbiasa menggunakan empeng lebih dari enam jam sehari, risikonya meningkat signifikan. Semakin sering digunakan, semakin besar tekanan yang diterima oleh gusi dan rahang. Selain itu, anak yang terbiasa tidur sambil mengempeng cenderung mempertahankan kebiasaan tersebut hingga usia balita. Hal ini bisa menghambat pertumbuhan normal dari gigi geraham dan menyebabkan pergeseran posisi gigi.
Selain memengaruhi struktur gigi, empeng juga disebut bisa memicu gangguan perkembangan bicara. Anak-anak yang terlalu lama memakainya kerap menunjukkan keterlambatan dalam artikulasi. Mulut yang terbiasa dalam posisi tertutup oleh menyebabkan otot lidah kurang aktif. Akibatnya, pelafalan huruf seperti “t”, “d”, atau “s” bisa terganggu. Beberapa kasus menunjukkan bahwa anak baru mulai berbicara lancar setelah dihentikan. Oleh karena itu, dokter anak dan terapis wicara menyarankan pembatasan ketat dalam penggunaan, terutama setelah usia dua tahun.
“Simak juga: Fakta Medis di Balik Mata Kedutan yang Jarang Diketahui”
Para pakar menyarankan agar orang tua tidak langsung menghentikan empeng secara drastis. Transisi bertahap dianggap lebih efektif dan tidak menyebabkan stres berlebihan pada bayi. Misalnya, mulai mengurangi penggunaan saat bayi tidak tidur atau sedang bermain. Orang tua juga disarankan untuk memberikan alternatif kenyamanan seperti boneka lembut atau belaian tangan. Penghentian empeng sebaiknya dilakukan sebelum anak berusia dua tahun. Di usia tersebut, perkembangan gigi dan mulut masih bisa diarahkan ke pertumbuhan yang normal. Konsultasi dengan dokter anak sangat dianjurkan selama proses transisi ini berlangsung.
Meski banyak risiko yang diungkapkan, empeng bukanlah benda yang sepenuhnya harus dihindari. Empeng masih dianggap berguna dalam kondisi tertentu, seperti menenangkan bayi saat naik pesawat atau mencegah kebiasaan mengisap jempol. Beberapa studi juga menunjukkan bahwa empeng dapat menurunkan risiko sudden infant death syndrome (SIDS). Kuncinya ada pada penggunaan yang tepat, yakni dalam waktu terbatas dan dengan pengawasan. Orang tua harus peka terhadap tanda-tanda bahwa anak mulai terlalu tergantung pada. Jika dikelola dengan baik, empeng bisa tetap menjadi alat bantu yang aman dalam masa awal tumbuh kembang bayi.