Commons Sight – Menstruasi adalah proses biologis alami yang dialami perempuan setiap bulan. Namun, pola menstruasi yang tiba-tiba berubah bisa menjadi pertanda adanya masalah kesehatan. Banyak perempuan cenderung mengabaikan perubahan ini karena dianggap wajar. Padahal, perubahan drastis dalam durasi, volume darah, atau frekuensi datang bulan perlu diperhatikan serius. Menurut para ahli kesehatan, gangguan menstruasi bisa berkaitan dengan kondisi medis tertentu. Oleh karena itu, mengenali tanda-tanda sejak dini dapat membantu proses diagnosis. Semakin cepat diketahui, semakin besar peluang penyembuhannya. Kesadaran akan tubuh sendiri menjadi kunci utama.
Siklus menstruasi normal berlangsung sekitar 21–35 hari, dengan durasi pendarahan 2–7 hari. Jika seorang perempuan mengalami menstruasi lebih dari tujuh hari secara konsisten, bisa jadi itu adalah menorrhagia. Menorrhagia adalah kondisi pendarahan haid yang berlebihan. Sebaliknya, jika hanya berlangsung satu hari atau bahkan kurang, bisa disebut oligomenorrhea. Kedua kondisi ini tak boleh dianggap remeh karena bisa menunjukkan adanya gangguan hormonal. Dokter kandungan biasanya menyarankan pemeriksaan USG atau tes hormon. Jangan hanya mengandalkan pembalut sebagai ukuran banyaknya darah. Catat setiap perubahan yang terjadi secara rutin.
“Baca Juga : Jack Ma Pakai Chip AI Lokal, Nvidia Harus Khawatir?”
Warna darah menstruasi juga bisa menjadi indikator penting. Darah yang berwarna cokelat tua atau kehitaman biasanya merupakan darah lama yang teroksidasi. Namun jika darah haid selalu berwarna sangat gelap, itu bisa menunjukkan adanya penyumbatan. Warna merah terang biasanya menandakan aliran yang lancar. Jika darah terlalu encer dan terus-menerus terang, bisa saja mengindikasikan anemia atau masalah pembekuan darah. Warna kekuningan atau berbau menyengat juga perlu diwaspadai. Dalam beberapa kasus, warna darah bisa berubah karena infeksi rahim atau vagina. Jangan segan berkonsultasi dengan dokter jika perubahan ini terus berulang.
Sindrom Polikistik Ovarium atau PCOS adalah gangguan hormonal yang umum terjadi. Salah satu gejala utamanya adalah menstruasi yang tidak teratur atau bahkan tidak datang sama sekali. PCOS juga bisa disertai gejala lain seperti jerawat parah, pertumbuhan rambut berlebih, dan kenaikan berat badan. Jika menstruasi hanya datang dua atau tiga kali dalam setahun, kemungkinan besar tubuh mengalami gangguan ovulasi. Pemeriksaan USG transvaginal biasanya diperlukan untuk melihat kondisi indung telur. Diagnosis PCOS juga mencakup tes kadar hormon seperti LH, FSH, dan testosteron. Penanganan PCOS melibatkan diet sehat dan terapi hormon.
“Simak juga: Inuki Mandek Sejak 2022, Apa Sebenarnya Fungsi BUMN Nuklir?”
Pendarahan di luar masa haid atau spotting bisa jadi gejala dari berbagai kondisi. Penyebabnya mulai dari penggunaan alat kontrasepsi hormonal, stres berat, hingga penyakit seperti endometriosis atau kanker serviks. Spotting juga bisa terjadi saat masa ovulasi, tetapi seharusnya tidak berlangsung lama. Jika darah yang keluar sangat banyak dan disertai nyeri, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter. Pendarahan yang tak wajar ini sering kali membuat perempuan merasa bingung. Mencatat waktu, durasi, dan volume darah bisa membantu dokter dalam menentukan penyebab. Jangan tunggu sampai muncul gejala lain seperti kelelahan ekstrem atau pusing.
Nyeri saat haid atau dismenore memang umum terjadi, terutama di awal menstruasi. Namun bila rasa nyeri sangat menyakitkan hingga mengganggu aktivitas, itu bisa menjadi tanda endometriosis. Endometriosis adalah kondisi di mana jaringan yang mirip endometrium tumbuh di luar rahim. Kondisi ini dapat menyebabkan nyeri hebat setiap bulan. Beberapa wanita bahkan sampai tidak bisa berdiri saat haid. Jika nyeri terasa di luar hari menstruasi, apalagi sampai ke punggung bawah, perlu waspada. Penggunaan obat pereda nyeri hanya menutupi gejala sementara. Penanganan medis jangka panjang lebih dibutuhkan untuk kondisi seperti ini.