Strategi Cerdas Kelola Keuangan bagi Sandwich Generation Bergaji UMR
Commons Sight – Sandwich generation adalah mereka yang harus menanggung biaya hidup diri sendiri sekaligus membantu orang tua dan anak. Dengan kondisi ini, pekerja bergaji upah minimum regional (UMR) menghadapi tantangan berat. Tanpa perencanaan, gaji bisa habis begitu saja sehingga sulit memiliki tabungan. Karena itu, strategi pengelolaan keuangan menjadi kunci utama agar tetap bisa bertahan.
Perencana keuangan menekankan bahwa gaji UMR terasa seperti “numpang lewat.” Oleh karena itu, membuat skala prioritas menjadi sangat penting. Prinsip yang perlu diingat adalah: tabung dulu baru belanja. Jika menunggu sisa, hampir dipastikan tidak ada dana yang bisa disisihkan.
Baca Juga : Leeteuk Super Junior Klarifikasi Isu Pacaran dengan Pegolf Jang So Hee
Rista Zwestika dari Finante.id menyarankan, sekitar 50 hingga 55 persen gaji UMR dialokasikan untuk kebutuhan pokok. Termasuk di dalamnya biaya makan, transportasi, kontrakan, hingga pulsa internet. Dengan pembatasan ini, keuangan bisa lebih terkendali meskipun jumlahnya terbatas.
Sebagai sandwich generation, membantu orang tua atau keluarga memang tidak bisa dihindari. Namun, idealnya hanya 10 hingga 15 persen gaji yang dialokasikan untuk hal ini. Jika jumlahnya tidak tetap, keuangan berisiko bocor dan sulit dikontrol. Dengan konsistensi nominal, pengeluaran akan lebih stabil.
Meski bergaji pas-pasan, menabung tetap wajib dilakukan. Saran pakar, sisihkan 10 persen dari gaji, meski hanya Rp300 ribu hingga Rp500 ribu per bulan. Dana ini sebaiknya ditempatkan di rekening khusus, reksa dana pasar uang, emas, atau bahkan deposito. Dengan disiplin, dana darurat bisa terbentuk secara bertahap.
Selain menabung, jangan abaikan proteksi kesehatan. Minimal, pastikan iuran BPJS Kesehatan tetap aktif. Alokasikan sekitar 5 hingga 10 persen untuk proteksi dan investasi ringan. Dengan begitu, risiko kesehatan maupun keuangan bisa lebih terjamin.
Cicilan atau utang sebaiknya tidak melebihi 15 persen dari gaji. Jika lebih, pekerja bergaji UMR akan kesulitan melunasi dan berisiko terjebak masalah finansial. Disiplin membatasi utang menjadi langkah penting agar neraca keuangan tetap sehat.
Mengelola uang bukan berarti melupakan kebahagiaan. Sisihkan sekitar 5 persen untuk hiburan, seperti nongkrong atau jajan. Dengan demikian, mental tetap terjaga dan rasa stres bisa berkurang. Ini penting, sebab kondisi psikologis juga berpengaruh pada produktivitas.
Sandwich generation tetap bisa membentuk dana darurat walaupun jumlahnya kecil. Mulailah dari uang lembur, THR, atau bonus. Hindari menghabiskannya, langsung masukkan ke tabungan darurat. Bahkan, menabung receh Rp10 ribu–Rp20 ribu per hari bisa menghasilkan Rp300 ribu–Rp600 ribu per bulan.
Karena gaji UMR sering tidak mencukupi, side hustle atau pekerjaan sampingan menjadi solusi. Opsi yang bisa dicoba antara lain freelance, driver ojol, hingga jasa titip. Tujuannya bukan untuk cepat kaya, melainkan agar tidak defisit dan tetap bisa menabung sedikit demi sedikit.
Shierly dari Finansialku menegaskan bahwa pekerja UMR wajib memiliki dana darurat minimal 3 kali pengeluaran bulanan. Kemudian, tingkatkan hingga 6 hingga 12 kali seiring waktu. Caranya, sisihkan 5 persen dari gaji sejak awal gajian. Dengan disiplin, dana tersebut akan terkumpul secara konsisten.
Untuk pasangan suami istri, penting memiliki lebih dari satu sumber penghasilan. Dengan demikian, salah satu bisa tetap bekerja penuh, sementara yang lain mengelola bisnis kecil atau usaha online. Kerja sama ini membantu mengurangi beban finansial dan memperkuat kestabilan rumah tangga.
Selain menambah penghasilan dari pekerjaan, aset juga bisa dijadikan sumber pendapatan. Contohnya, menyewakan rumah, kamar kost, atau properti lainnya. Dengan cara ini, aset tidak hanya pasif tetapi juga menghasilkan. Inovasi finansial ini menjadi strategi penting untuk bertahan di tengah keterbatasan gaji.