Commons Sight – Dalam beberapa tahun terakhir, kolaborasi lintas lembaga terus ditingkatkan demi memperkuat sektor ekonomi lokal. Salah satu inisiatif terbaru datang dari sinergi antara Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Keduanya sepakat untuk bersama-sama memberdayakan UMKM berbasis santri. Fokus utama kerja sama ini ialah memastikan produk makanan dan obat yang dihasilkan santri memenuhi standar mutu serta aman dikonsumsi masyarakat luas.
BPOM melihat potensi besar dari UMKM santri yang terus tumbuh di berbagai pesantren. Dengan pembinaan yang tepat, mereka dapat menjadi pelaku ekonomi tangguh. PBNU pun memiliki jaringan pesantren luas di seluruh Indonesia. Melalui kerja sama ini, BPOM dapat menjangkau komunitas tersebut untuk memberikan edukasi. Tujuan akhirnya adalah meningkatkan daya saing produk lokal, sekaligus menjaga kesehatan konsumen. Edukasi yang diberikan mencakup keamanan pangan, standar kebersihan, dan pelabelan yang benar.
“Baca Juga : Puasa Nyaman Tanpa Asam Lambung, Begini Caranya”
Pesantren tak hanya menjadi tempat menimba ilmu agama, tapi kini berkembang sebagai pusat kewirausahaan. Banyak santri mulai memproduksi makanan, minuman herbal, kosmetik, hingga jamu tradisional. Namun, tanpa pemahaman akan standar produksi yang aman, potensi ini tidak berkembang optimal. Oleh sebab itu, pelatihan dari BPOM menjadi sangat krusial. Para santri diberi pemahaman mengenai pentingnya izin edar, cara produksi pangan yang baik (CPPB), serta cara distribusi yang aman dan higienis.
Salah satu fokus utama BPOM adalah mendorong agar produk UMKM santri memiliki sertifikasi yang sah. Tanpa sertifikasi, produk sulit masuk pasar ritel modern atau dijual melalui e-commerce. Proses ini memerlukan pendampingan intensif. BPOM siap menurunkan tim untuk membantu pelaku UMKM dalam mengurus legalitas. Tak hanya itu, pelaku usaha juga diajarkan cara membaca hasil uji laboratorium. Semua ini bertujuan agar produk yang dihasilkan benar-benar sesuai standar mutu nasional.
“Simak juga: DJI Mavic 4 Pro Rilis, Hadirkan Gimbal 360 dan Kamera Tajam”
Untuk memperluas dampak kerja sama, BPOM dan PBNU juga melibatkan kementerian terkait. Kemenkop UKM, Kemenperin, hingga Kemendag akan dilibatkan dalam pengembangan UMKM santri. Pendanaan dan akses pasar juga menjadi perhatian utama. Program ini tidak bisa hanya fokus pada edukasi, tapi harus memberikan solusi konkret. Oleh karena itu, keterlibatan banyak pihak menjadi kunci utama keberhasilan program. PBNU berperan sebagai penghubung antara regulator dan komunitas pesantren.
Jika berjalan sesuai rencana, kerja sama ini akan mencetak generasi santri yang mandiri secara ekonomi. Mereka tidak hanya kuat dalam ilmu agama, tapi juga cakap dalam wirausaha. Produk yang dihasilkan memiliki kualitas, kehalalan, dan keamanan yang bisa bersaing di pasar luas. Santri juga dilatih berpikir kritis terhadap regulasi dan aspek teknis produksi. Hal ini akan membentuk ekosistem bisnis yang kuat di lingkungan pesantren.
Meski potensinya besar, tantangan tetap ada dalam proses implementasi. Beberapa pesantren masih minim fasilitas produksi yang memadai. Belum lagi soal keterbatasan pengetahuan teknologi dan digitalisasi. Untuk itu, program ini juga mencakup pelatihan digital marketing dan pengemasan modern. Semua elemen didesain agar santri bisa bersaing di era ekonomi digital. Tantangan lainnya adalah membangun kepercayaan masyarakat terhadap produk pesantren. Hal ini bisa diatasi dengan uji mutu dan pengawasan ketat dari BPOM.
Setelah edukasi dan sertifikasi, BPOM tidak berhenti pada proses awal. Mereka juga bertugas melakukan monitoring terhadap kelayakan produk secara berkala. Ini penting agar kualitas tetap terjaga. Produk yang tak memenuhi standar bisa ditarik dari peredaran. Monitoring ini dilakukan dengan pendekatan humanis. Tujuannya bukan menghukum, tetapi membina agar pelaku UMKM terus belajar dan berkembang. Langkah ini juga mendorong terciptanya budaya produksi yang berkelanjutan di pesantren.
PBNU mendukung penuh program ini karena sejalan dengan misi dakwah yang kontekstual. Mereka ingin pesantren menjadi pusat pemberdayaan umat. Dengan adanya produk halal, sehat, dan bermutu, maka pesantren bisa berkontribusi langsung dalam perbaikan ekonomi nasional. Program ini juga memperkuat posisi pesantren di tengah perubahan zaman. Bukan hanya sebagai lembaga pendidikan, tapi juga pelopor pembangunan berbasis komunitas.
Konsistensi adalah kunci dari keberhasilan program semacam ini. BPOM dan PBNU perlu terus mengawal program, bahkan setelah pelatihan selesai. Pembentukan forum komunikasi antar-UMKM santri bisa menjadi solusi keberlanjutan. Forum ini dapat menjadi wadah berbagi ilmu, pengalaman, serta menyuarakan aspirasi ke pemerintah. Dengan sinergi berkelanjutan, UMKM santri bukan hanya eksis, tapi juga menjadi tulang punggung ekonomi umat.