Commons Sight – Glaukoma adalah salah satu penyakit mata yang dapat menyebabkan kebutaan permanen jika tidak ditangani dengan baik. Penyakit ini terjadi akibat meningkatnya tekanan dalam bola mata yang merusak saraf optik. Sayangnya, glaukoma sering kali berkembang tanpa gejala yang jelas pada tahap awal sehingga banyak orang baru menyadari kondisinya saat penglihatan sudah terganggu. Oleh karena itu, penting untuk memahami faktor risiko, gejala, serta langkah-langkah pencegahan agar dapat menghindari dampak buruk dari glaukoma.
Glaukoma merupakan gangguan mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokular yang merusak saraf optik. Penyakit ini bisa berkembang secara perlahan dan tanpa disadari hingga akhirnya menyebabkan kehilangan penglihatan. Ada beberapa jenis penyakit ini yang umum terjadi, mulai dari penyakit sudut terbuka yang berkembang secara bertahap hingga glaukoma sudut tertutup yang bisa muncul secara mendadak dan menyebabkan nyeri hebat pada mata.
“Baca Juga : Proyek 100 Dapur MBG Kadin Ditargetkan Rampung Sebelum Hari Kemerdekaan”
Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko seseorang terkena glaukoma. Usia di atas 40 tahun menjadi salah satu faktor utama, terutama jika ada riwayat keluarga dengan penyakit ini. Kondisi medis seperti diabetes, hipertensi, serta penggunaan obat kortikosteroid dalam jangka panjang juga bisa meningkatkan risiko. Selain itu, cedera pada mata atau operasi mata sebelumnya dapat memicu tekanan intraokular yang berkontribusi terhadap perkembangan glaukoma.
Banyak orang tidak menyadari bahwa mereka mengidap glaukoma karena pada tahap awal, penyakit ini sering kali tidak menunjukkan gejala. Namun, seiring berjalannya waktu, beberapa tanda mulai muncul seperti penglihatan yang mulai kabur, kesulitan melihat objek di bagian tepi, serta sakit kepala yang terus-menerus. Pada kasus penyakit ini sudut tertutup, gejala bisa muncul secara mendadak dengan nyeri hebat, mual, muntah, dan penglihatan yang menurun drastis.
“Simak juga: Pentingnya Skrining Anemia bagi Ibu Hamil dan Balita, Ini Prosesnya”
Melakukan pemeriksaan mata secara rutin adalah langkah penting dalam mendeteksi penyakit ini sejak dini. Dokter mata biasanya melakukan berbagai tes seperti tonometri untuk mengukur tekanan bola mata, oftalmoskopi untuk memeriksa kondisi saraf optik, serta perimetri untuk mengevaluasi lapang pandang mata. Pemeriksaan secara berkala sangat disarankan, terutama bagi mereka yang memiliki faktor risiko tinggi agar dapat segera mendapatkan perawatan jika diperlukan.
Meskipun glaukoma tidak bisa dicegah sepenuhnya, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi risikonya. Menjaga tekanan darah dan kadar gula tetap stabil dapat membantu mencegah kerusakan saraf optik. Menggunakan pelindung mata saat beraktivitas yang berisiko juga penting untuk menghindari cedera yang bisa memicu penyakit ini. Mengonsumsi makanan kaya antioksidan seperti sayuran hijau dan ikan berlemak dapat membantu menjaga kesehatan mata dalam jangka panjang.
Jika seseorang sudah terdiagnosis dengan glaukoma, ada beberapa metode pengobatan yang bisa dilakukan untuk memperlambat perkembangannya. Penggunaan obat tetes mata adalah salah satu cara paling umum untuk menurunkan tekanan bola mata. Terapi laser juga bisa digunakan untuk membantu melancarkan saluran cairan mata. Dalam beberapa kasus, prosedur bedah mungkin diperlukan jika metode lain tidak efektif dalam mengontrol tekanan intraokular.
Hari Glaukoma Sedunia menjadi momen penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai penyakit ini. Kampanye yang dilakukan oleh berbagai organisasi kesehatan bertujuan untuk mengajak lebih banyak orang melakukan deteksi dini serta memahami pentingnya perawatan yang tepat. Dengan pengetahuan yang lebih luas mengenai glaukoma, diharapkan angka kebutaan akibat penyakit ini dapat dikurangi secara signifikan di masa depan.
4o