Ahli Gizi Jelaskan: Warna Cangkang Telur Bukan Penentu Gizi
Commons Sight – Telur telah lama dikenal sebagai sumber protein hewani yang murah, mudah didapat, dan kaya nutrisi. Meski begitu, masih banyak masyarakat yang mempertanyakan perbedaan antara telur berwarna putih dan cokelat. Apakah warna cangkang benar-benar berpengaruh terhadap kandungan gizi? Faktanya, menurut ahli gizi Alison Kane dari Mass General Brigham, warna cangkang telur sepenuhnya ditentukan oleh ras ayam yang bertelur, bukan kualitas nutrisinya.
Secara ilmiah, ayam dengan bulu putih dan daun telinga putih akan menghasilkan telur berwarna putih. Sebaliknya, ayam berbulu merah kecokelatan dan daun telinga merah biasanya bertelur cokelat. Meskipun berbeda secara visual, keduanya memiliki kandungan gizi yang hampir identik. Alison Kane menjelaskan bahwa yang lebih berpengaruh terhadap nutrisi dalam telur adalah jenis pakan ayam, bukan warna cangkangnya.
Banyak telur yang dipasarkan dengan label seperti “organic”, “free-range”, atau “pasture-raised”. Label ini lebih mencerminkan kondisi lingkungan tempat ayam dibesarkan serta kualitas pakan mereka. Meski begitu, jika kita bicara soal makronutrien seperti protein, lemak, dan kalori, maka perbedaan antara telur organik dan telur biasa tidaklah terlalu signifikan. Jadi, pilihan terbaik tetap tergantung pada preferensi dan gaya hidup masing-masing konsumen.
Baca Juga : Jennifer Coppen Ikut Tren One Day or Day One, Pamer Chat Pertama dengan Justin Hubner
Satu butir telur besar mengandung sekitar 74–78 kalori, 6 gram protein, dan 5 gram lemak sehat. Selain itu, telur juga mengandung vitamin A, D, B12, folat, selenium, dan fosfor. Tidak hanya itu, telur juga merupakan sumber kolin—senyawa penting untuk fungsi otak dan perkembangan janin, yang jarang ditemukan dalam makanan modern. Dengan begitu, telur sangat dianjurkan bagi ibu hamil dan menyusui.
Masih banyak yang takut mengonsumsi telur karena kandungan kolesterolnya yang mencapai 186–207 mg per butir. Namun, studi terkini menunjukkan bahwa kolesterol dari makanan tidak serta-merta menaikkan kadar kolesterol darah secara signifikan. Tubuh, khususnya hati, mampu menyesuaikan produksi kolesterol internal berdasarkan asupan makanan. Bahkan, konsumsi telur dapat meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL) dan menurunkan trigliserida, terutama jika telur mengandung omega-3.
Sejumlah studi menunjukkan bahwa konsumsi telur secara moderat tidak meningkatkan risiko penyakit jantung, bahkan bagi penderita diabetes tipe 2. Lebih dari itu, telur terbukti memberikan rasa kenyang lebih lama. Jika dikonsumsi saat sarapan, telur dapat mengurangi asupan kalori di waktu makan berikutnya. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa remaja yang sarapan telur mengonsumsi 130 kalori lebih sedikit saat makan siang dibandingkan kelompok yang mengonsumsi sarapan lain.