Pentingnya Mendengarkan dan Bertanya untuk Cegah Bunuh Diri, Begini Penjelasan Ahli
Commons Sight – Di tengah meningkatnya kasus gangguan kesehatan mental, memahami cara mencegah bunuh diri menjadi sangat penting. Selama ini, banyak orang berpikir bahwa mengajak seseorang yang sedang putus asa untuk mengobrol adalah langkah yang tepat. Meskipun benar, hal tersebut belumlah cukup.
Faktanya, berbicara dengan mereka hanya salah satu bagian dari dukungan emosional. Lebih dari itu, mendengarkan secara aktif dan bertanya dengan cara yang tepat adalah kunci utama untuk benar-benar memahami kondisi psikologis seseorang yang sedang berjuang.
Psikolog Clement Eko Prasetio, M.Psi., dari Indopsycare, menegaskan bahwa, “Mendengarkan itu harus.” Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa kita tidak hanya perlu hadir secara fisik, namun juga hadir secara emosional. Dengan kata lain, kita diminta untuk menjadi pendengar yang tulus—bukan sekadar hadir untuk memberi nasihat.
Saat seseorang memiliki keinginan untuk mengakhiri hidup, itu bukan keputusan yang muncul secara tiba-tiba. Terdapat akumulasi beban mental yang tidak tersampaikan, yang sering kali berakar dari perasaan putus asa, hilangnya hubungan sosial yang bermakna, serta kapabilitas untuk bunuh diri—baik dari pengalaman pribadi maupun pengaruh eksternal.
Menurut teori Three-Step Theory of Suicide (3ST) yang dijelaskan oleh Clement, tiga elemen tersebut adalah faktor utama yang memicu motivasi bunuh diri. Oleh karena itu, mendengarkan adalah langkah pertama untuk menggali apa yang sedang dirasakan oleh orang tersebut.
Baca Juga : Onadio Leonardo dan Istri Dikaruniai Anak Kedua, Diberi Nama Janeera Deluca Leonardo Wage
Sebagai contoh, kita bisa mulai dengan pertanyaan sederhana namun bermakna:
“Apa yang membuat kamu merasa sangat lelah?” atau “Hal apa yang membuat kamu berpikir tidak ada jalan keluar?”
Selanjutnya, penting untuk memvalidasi perasaan mereka. Katakan bahwa kita memahami rasa capek, rasa putus asa, dan keinginan untuk menyerah. Jangan pernah berkata, “Ah, kamu lebay” atau “Masalahmu masih kecil.” Kalimat seperti itu justru akan menambah beban mereka.
Dengan demikian, kita tidak hanya memberi ruang untuk bercerita, tetapi juga menciptakan lingkungan yang aman secara emosional. Inilah mengapa mendengarkan dengan empati harus menjadi prioritas.
Masih banyak masyarakat yang merasa ragu untuk bertanya langsung kepada orang yang memiliki pikiran bunuh diri. Mereka takut pertanyaan tersebut akan membuat orang tersebut semakin yakin untuk melakukannya. Namun, menurut Clement, asumsi itu keliru.
Justru sebaliknya, bertanya adalah cara efektif untuk mengetahui tingkat kesiapan seseorang dalam melakukan tindakan tersebut. Jika seseorang sudah memiliki rencana spesifik—seperti telah menyiapkan racun, tali, atau memilih lokasi—itu artinya mereka sudah dalam tahap serius dan memerlukan bantuan segera.
Karena itu, bertanya bukanlah bentuk intervensi yang salah. Ini adalah bentuk deteksi dini yang sangat penting. Kita bisa menanyakan hal-hal seperti:
Selanjutnya, dari jawaban mereka, kita bisa menilai apakah situasi sudah dalam tahap darurat. Jika iya, maka tindakan lanjut seperti menjauhkan benda berbahaya atau menghubungi profesional menjadi keharusan.
Tidak semua orang mampu langsung datang ke psikolog atau konselor saat mereka merasa depresi. Dalam banyak kasus, orang-orang terdekat justru menjadi harapan terakhir. Oleh karena itu, sebagai sahabat, pasangan, keluarga, atau rekan kerja, kita harus bisa menjadi support system yang peka dan responsif.
Pertama, hadirkan diri secara utuh ketika mereka ingin berbicara. Matikan distraksi seperti ponsel. Dengarkan dengan penuh perhatian.
Kedua, jangan buru-buru memberi saran. Kadang, orang hanya butuh didengar, bukan dihakimi atau diperbaiki.
Ketiga, bantu mereka mencari pertolongan profesional jika memang dibutuhkan. Katakan bahwa meminta bantuan bukanlah tanda kelemahan, tapi justru bentuk keberanian untuk sembuh.
Dengan memberikan dukungan seperti itu, kita sudah membantu mereka untuk menurunkan intensitas keinginan bunuh diri dan menumbuhkan kembali harapan hidup.
Kita harus mulai mengubah cara pandang terhadap kesehatan jiwa. Depresi bukan sekadar “kurang bersyukur” atau “masalah iman.” Ini adalah kondisi medis yang nyata dan perlu ditangani secara serius.
Jika kamu, atau orang terdekatmu, mengalami tanda-tanda depresi berat atau memiliki pikiran untuk mengakhiri hidup, jangan ragu untuk mencari bantuan. Hubungi psikolog, psikiater, atau klinik kesehatan jiwa terdekat.
Ingatlah, dengan satu tindakan kecil seperti mendengar dan bertanya, kita bisa membantu seseorang bertahan. Bahkan, kita bisa menjadi alasan mereka untuk tetap hidup.
Agar kita bisa memberikan dukungan yang tepat, penting untuk mengenali tanda-tanda bahwa seseorang sedang berada dalam kondisi mental yang berbahaya. Tidak semua orang akan secara langsung mengatakan ingin bunuh diri. Namun demikian, ada banyak sinyal non-verbal maupun verbal yang bisa menjadi petunjuk awal.
Beberapa tanda yang patut diwaspadai antara lain:
Oleh sebab itu, jika kita melihat atau mendengar tanda-tanda tersebut, jangan ragu untuk mendekat dan memulai percakapan. Tak perlu langsung bertanya tentang niat bunuh diri. Kita bisa memulai dengan, “Kamu kelihatan nggak seperti biasanya, ada yang ingin kamu ceritakan?”
Walaupun dukungan dari orang terdekat sangat penting, tetap ada batasan dalam kemampuan kita untuk membantu. Ketika kondisi mental seseorang semakin memburuk, maka pendampingan dari tenaga profesional adalah langkah yang tidak bisa ditunda.
Berikut beberapa pilihan tempat mendapatkan bantuan:
Sebagai langkah awal, kita bisa mencari pusat layanan kesehatan terdekat, atau bahkan melakukan konseling daring jika belum siap tatap muka. Selain itu, jangan lupa untuk tetap mendampingi orang tersebut dalam proses penyembuhan. Dukung keputusannya untuk mencari bantuan, dan beri semangat agar mereka tidak merasa sendirian.
Mencegah tindakan bunuh diri tidak hanya bisa dilakukan saat krisis terjadi. Justru, upaya pencegahan terbaik adalah membangun lingkungan yang sehat secara mental sejak awal. Hal ini bisa dilakukan di keluarga, tempat kerja, sekolah, hingga media sosial.
Beberapa hal yang bisa diterapkan:
Dengan demikian, semua orang merasa aman untuk berbicara tanpa takut diabaikan atau diolok. Inilah pondasi utama untuk mencegah keinginan bunuh diri berkembang pada seseorang.