Makam Firaun Amenhotep III di Mesir Resmi Dibuka Kembali Setelah 20 Tahun Renovasi
Commons Sight – Setelah tertutup selama dua puluh tahun, makam Firaun Amenhotep III akhirnya dibuka kembali di kota Luxor, Mesir bagian selatan. Pembukaan ini menjadi peristiwa bersejarah karena menandai berakhirnya proses renovasi besar yang berlangsung selama dua dekade. Selain itu, momen ini juga menjadi bagian dari persiapan menjelang peresmian Grand Egyptian Museum di Kairo.
Makam ini terletak di sisi barat Lembah Para Raja (Valley of the Kings), yang menjadi lokasi pemakaman raja-raja Mesir Kuno. Ditemukan pertama kali pada tahun 1799 oleh dua penjelajah, makam tersebut sempat dijarah sehingga banyak artefak berharga hilang, termasuk sarkofagus asli sang firaun.
Proyek restorasi makam Amenhotep III berlangsung selama lebih dari dua puluh tahun. Pekerjaan ini dilakukan dalam tiga tahap besar oleh tim ahli dari Jepang bersama otoritas kepurbakalaan Mesir. Fokus utama restorasi meliputi perbaikan struktur batu, pemulihan warna dinding, serta pelestarian lukisan kuno yang menggambarkan Amenhotep III dengan dua istrinya, Ratu Tiye dan Ratu Sitamun.
Menurut Mohamed Ismail, Sekretaris Jenderal Dewan Tinggi Kepurbakalaan Mesir, makam ini tergolong unik dan masih mempertahankan keasliannya. “Makam ini menarik karena sebagian besar elemen aslinya masih utuh, termasuk bingkai sarkofagus yang pernah dicuri. Bahkan, tutupnya masih berada di posisi semula,” ungkapnya.
Baca Juga : DJ Bravy Resmi Lamar Erika Carlina di Panggung Synchronize Fest 2025
Secara arsitektur, makam Amenhotep III memiliki lorong sepanjang 36 meter dengan kedalaman sekitar 14 meter di bawah tanah. Di dalamnya terdapat tiga ruangan utama, yaitu satu untuk Amenhotep III dan dua lainnya untuk istrinya. Struktur ini menunjukkan kemajuan rancangan pemakaman kerajaan pada masa Dinasti ke-18.
Berbeda dengan makam firaun lainnya, makam ini tidak penuh dengan hiasan emas. Lukisan di dinding menampilkan Amenhotep III bersama para dewa Mesir Kuno, seperti Ra dan Osiris. Ruang utama makam memuat prasasti dari Kitab Kematian (Book of the Dead), kumpulan mantra yang dipercaya membimbing arwah menuju alam baka.
Seiring waktu, para pendeta Mesir Kuno memindahkan mumi Amenhotep III ke makam kakeknya, Amenhotep II, untuk melindunginya dari penjarahan. Kini, mumi tersebut disimpan di Museum Nasional Peradaban Mesir bersama 16 mumi lainnya.
Kondisi muminya memang sudah rusak, namun masih menjadi artefak berharga bagi dunia arkeologi. Pengunjung museum kini bisa melihat langsung mumi Amenhotep III serta koleksi peninggalan lain seperti perhiasan dan patung batu bertuliskan nama kerajaan.
Amenhotep III, atau Amenhotep Agung, dikenal sebagai salah satu penguasa paling berpengaruh di Mesir Kuno. Ia naik takhta saat masih remaja dan memerintah selama sekitar 38 tahun, antara 1390 SM hingga 1350 SM.
Pada masa kekuasaannya, Mesir mencapai puncak kemakmuran di bidang seni, arsitektur, dan diplomasi. Ia juga membangun berbagai monumen megah seperti Kuil Luxor dan Patung Memnon yang masih berdiri hingga kini. Oleh sebab itu, pembukaan kembali makamnya dianggap sebagai penghormatan terhadap masa kejayaan Mesir Kuno.
Pembukaan kembali makam Amenhotep III membawa angin segar bagi pariwisata Mesir. Situs bersejarah ini diharapkan mampu menarik wisatawan dari seluruh dunia yang ingin melihat keindahan peninggalan Mesir Kuno secara langsung.
Pemerintah Mesir menyebut langkah ini sebagai bagian dari upaya memperkuat sektor wisata budaya. Selain itu, pembukaan ini juga menjadi persiapan menjelang Grand Egyptian Museum, yang akan menjadi museum terbesar di dunia untuk koleksi artefak Mesir. Dengan demikian, pelestarian makam ini bukan hanya demi sejarah, tetapi juga sebagai warisan bagi generasi mendatang.