All-New NEXO: SUV FCEV Gen II
Commons Sight – Hyundai terus menegaskan posisinya sebagai pelopor teknologi kendaraan ramah lingkungan. Tahun 2025 ini, mereka meluncurkan generasi terbaru mobil hidrogen. Ini merupakan bagian dari visi jangka panjang mereka, yaitu Hydrogen Vision 2040. Tujuannya jelas—mempercepat transisi ke teknologi transportasi berbasis energi bersih.
Sebagai langkah konkret, Hyundai memperkenalkan All-New NEXO dalam ajang Seoul Mobility Show 2025. Mobil ini adalah SUV FCEV (Fuel Cell Electric Vehicle) generasi kedua dengan performa impresif. Pertama, kendaraan ini mampu menempuh jarak lebih dari 700 km hanya dengan pengisian hidrogen selama 5 menit. Kedua, desainnya mengusung konsep “Art of Steel”, menampilkan garis bodi modern dan elegan. Selain itu, NEXO juga mendukung kemampuan towing dan fungsi praktis lainnya—ideal untuk keluarga atau penggunaan komersial.
Dengan fitur-fitur tersebut, NEXO bukan hanya kendaraan, tetapi juga representasi tekad Hyundai untuk menjadi pemimpin global di segmen FCEV.
“Baca juga: Honor X70: Ponsel Baterai Raksasa yang Tetap Ramping“
Sebelum NEXO, Hyundai sempat memperkenalkan kendaraan konsep bernama INITIUM. Mobil ini dirancang sebagai simbol masa depan mobil hidrogen. Beberapa fitur unggulannya termasuk jangkauan 650 km dan harga yang lebih terjangkau untuk pasar luas.
Selain itu, INITIUM membawa identitas visual baru. Tampil dengan desain “Art of Steel” dan logo lampu HTWO, kendaraan ini menjadi blueprint NEXO generasi berikutnya yang direncanakan akan mulai diproduksi tahun 2025.
Tak hanya fokus pada mobil pribadi, Hyundai juga membangun ekosistem hidrogen yang lebih luas. Misalnya, mereka sukses menjual lebih dari 1.000 unit bus hidrogen Elec City FCEV. Bus ini dapat menempuh 550 km dan sudah digunakan di berbagai negara.
Lebih lanjut, Hyundai juga bekerja sama dengan perusahaan Plus untuk mengembangkan truk XCIENT Fuel Cell. Truk ini diperkenalkan di Amerika Serikat dalam ajang ACT Expo 2025, sebagai solusi logistik bebas emisi.
Di Indonesia, Hyundai mengambil langkah progresif. Mereka menggandeng Pertamina dalam proyek Waste-to-Hydrogen (W2H) di Jawa Barat. Proyek ini bertujuan mengubah sampah menjadi hidrogen dan mendirikan stasiun pengisian bahan bakar pada tahun 2027.
Untuk mendukung semua inisiatif tersebut, Hyundai meningkatkan anggaran riset dan pengembangan (R&D) menjadi 16,7 miliar USD. Fokusnya adalah menciptakan produk hidrogen generasi baru serta membangun infrastruktur yang mendukungnya.
Sebagai bagian dari strategi besar, Hyundai membentuk HTWO Energy Business, divisi yang khusus menangani seluruh ekosistem hidrogen. Bahkan, mereka membuka HTWO Innovation Centre di India bersama IIT Madras untuk mempercepat pengembangan teknologi dan produksi lokal.
Meski kemajuan terlihat nyata, Hyundai masih menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya adalah tingginya biaya produksi kendaraan hidrogen. Selain itu, jumlah stasiun pengisian hidrogen masih sangat terbatas.
Namun, hidrogen tetap menawarkan solusi ideal untuk sektor tertentu. Truk, bus, dan armada berat bisa memanfaatkan keunggulan hidrogen, seperti pengisian cepat dan daya tahan di suhu ekstrem. Ini menjadikannya alternatif unggul di luar kendaraan listrik baterai (BEV).