
Commons Sight – Pergerakan rupiah menguat hari ini menghadirkan angin segar di tengah tekanan ekonomi global yang terus berubah. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah menutup perdagangan pada level Rp 16.707 per dollar AS, menguat 21 poin dibandingkan hari sebelumnya. Meski penguatannya tipis, momen ini tetap terasa berarti karena terjadi saat hampir seluruh mata uang Asia justru bergerak melemah. Penguatan rupiah menghadirkan secercah optimisme baru, terutama bagi pelaku pasar yang selama beberapa pekan terakhir dihantui volatilitas. Di tengah sentimen global yang rentan, kabar ini menjadi penanda bahwa rupiah masih memiliki daya tahan yang cukup kuat.
Kuatnya rupiah menguat hari ini menjadi sorotan karena hanya beberapa mata uang Asia yang ikut menguat, di antaranya won Korea Selatan yang naik 0,50 persen. Sementara itu, mayoritas mata uang tetangga justru terkoreksi, termasuk baht Thailand dan dollar Taiwan yang melemah 0,26 persen. Bahkan dollar Singapura, yen Jepang, dan sejumlah mata uang lain juga terkoreksi dalam rentang kecil. Di tengah tekanan tersebut, rupiah tetap mampu bertahan dan menunjukkan penguatan. Kondisi ini memperlihatkan dinamika unik di pasar Asia, sekaligus memberikan sinyal bahwa faktor domestik turut mendorong performa positif rupiah.
“Baca Juga : Askrindo Cetak Laba Setelah Pajak Rp 687,4 Miliar Per September 2025“
Meskipun rupiah menguat hari ini, tekanan tetap terasa pada sejumlah mata uang Asia lainnya. Data perdagangan menunjukkan ringgit Malaysia hanya menguat tipis 0,09 persen, rupee India 0,08 persen, peso Filipina 0,07 persen, dan dollar Hong Kong 0,02 persen. Pergerakan yang cenderung stagnan menunjukkan rentannya kawasan terhadap kekuatan dollar AS. Situasi ini diperparah oleh ketidakpastian global serta meningkatnya kekhawatiran terhadap pelemahan ekonomi dunia. Dalam kondisi seperti ini, performa rupiah bisa dikatakan cukup solid karena tidak hanya bertahan, tetapi juga memperlihatkan momentum penguatan meskipun ruangnya masih terbatas.
Menurut analis komoditas dan valas, Ibrahim Assuaibi, rupiah menguat hari ini terutama dipengaruhi oleh melemahnya indeks dollar AS. Prospek kebijakan dovish dari The Fed membuat investor mengambil posisi lebih konservatif terhadap dollar, sehingga memberi ruang gerak bagi rupiah untuk menguat. Ibrahim menjelaskan bahwa meski rupiah hanya menguat 21 poin, sebelumnya sempat menguat 25 poin sebelum kembali stabil di level penutupan. Pergerakan ini mencerminkan reaksi cepat pasar terhadap sentimen dovish yang mulai mengemuka. Dengan demikian, dinamika global yang lebih “ramah” berkontribusi besar pada performa rupiah hari ini.
“Baca Juga : Ketua Komisi XI DPR Siap Bahas Redenominasi Rupiah: Modernisasi Keuangan Harus Tanpa Gejolak“
Meski rupiah menguat hari ini, Ibrahim menilai bahwa situasi pasar masih belum sepenuhnya stabil. Pergerakan harian rupiah menunjukkan fluktuasi yang cukup terasa, menandakan bahwa pelaku pasar tetap berhati-hati menghadapi kemungkinan perubahan arah kebijakan moneter AS. Namun, penguatan kecil ini menjadi sinyal bahwa pasar sedang mencari titik keseimbangan baru. Pada momen krusial seperti ini, sentimen global akan memainkan peran penting, terutama jika data inflasi AS atau pernyataan The Fed mengubah pandangan investor terhadap arah suku bunga.
Walau rupiah menguat hari ini, sejumlah analis menilai bahwa tekanan jangka pendek masih membayangi. Namun, penguatan ini tetap menjadi kabar baik bagi pasar domestik yang sempat pesimistis melihat tren pelemahan beruntun sebelumnya. Sentimen positif ini sekaligus menjadi ruang napas bagi dunia usaha, importir, dan investor yang membutuhkan kestabilan kurs. Di tengah ketidakpastian ekonomi global, setiap penguatan rupiah memiliki arti tersendiri bagi pasar Indonesia. Karenanya, pergerakan hari ini bukan hanya data angka, tetapi juga harapan bahwa rupiah masih mampu menunjukkan ketahanannya.