Pemulihan Psikologis Jadi Kebutuhan Mendesak Anak Penyintas Kanker
Commons Sight – Perjalanan panjang melawan kanker bagi seorang anak tidak selesai ketika pengobatan medis berakhir. Meski tubuh mereka berhasil terbebas dari sel kanker, hambatan psikologis masih membayangi. Banyak penyintas anak merasa kehidupannya terputus karena selama bertahun-tahun harus fokus menjalani terapi. Waktu belajar, bermain, dan bergaul dengan teman sebaya hilang, sehingga rasa percaya diri pun ikut terkikis.
Menurut psikolog senior Ninuk Widyantoro, sebagian besar penyintas kanker anak merasa “berbeda” dengan teman sebayanya. Efek terapi sering kali meninggalkan keterbatasan fisik yang membuat mereka minder untuk kembali bersosialisasi. Ninuk menegaskan, pemulihan psikologis bukan sekadar pelengkap, melainkan kebutuhan mendesak agar anak-anak ini mampu menata kembali masa depan dengan penuh keyakinan.
Baca Juga : Amanda Caesa Ungkap Tentang Hubungan Toxic dan Obsesi Lewat Single Terbaru
Psikolog Intan K. Wardhani, M.Psi., menjelaskan bahwa anak penyintas kanker sering kali kesulitan membangun konsep diri positif. Mereka menghadapi pengalaman hidup yang berbeda, mulai dari kehilangan kendali atas tubuh hingga stres akibat prosedur medis. Kondisi ini memengaruhi cara mereka melihat diri sendiri, menunda rencana hidup, dan merusak hubungan sosial. Maka, dukungan psikologis diperlukan agar mereka bisa menerima diri, menciptakan harapan, serta memperoleh kesejahteraan mental.
Intan menekankan lima langkah penting untuk membangun konsep diri yang sehat. Pertama, meningkatkan kesadaran diri agar anak memahami siapa dirinya dan apa yang ingin dicapai. Kedua, berhenti menghakimi diri dengan menerima kelebihan maupun kekurangan. Ketiga, menyesuaikan standar diri agar lebih realistis. Keempat, melakukan perubahan secara bertahap, dan kelima, fokus pada proses, bukan kesempurnaan. Dengan pendekatan ini, anak akan belajar bahwa perjuangan mereka bukan kegagalan, melainkan bagian dari perjalanan hidup.
Dukungan nyata juga hadir dari komunitas penyintas kanker anak, Cancer Buster Community (CBC), yang menggelar Cancer Survivors’s Camp (CSC) pada 19–21 September 2025 di Magelang, Jawa Tengah. Acara yang diikuti 50 peserta ini mengangkat tema “Inspiring Action: Toward a Better Future Childhood Cancer Survivors.” Kegiatan ini memberikan terapi psikologis berupa workshop, sesi berbagi pengalaman, hingga aktivitas wisata bersama. Semua diarahkan untuk menumbuhkan rasa kemandirian, pengetahuan baru, serta memperkuat jaringan pertemanan dengan sesama penyintas.
Salah satu pendiri Yayasan Onkologi Anak Indonesia (YOAI), Lastri Krisnarto, menyambut hangat program ini. Ia menegaskan bahwa anak-anak penyintas kanker adalah pejuang tangguh yang kisahnya bisa menginspirasi banyak orang. Dengan dukungan komunitas seperti CBC dan bimbingan dari YOAI, para penyintas anak tidak hanya membangun kembali rasa percaya dirinya, tetapi juga menjadi sumber semangat bagi pasien kanker anak yang masih berjuang.