
Commons Sight – Bagi banyak penderita osteoartritis, nyeri di lutut bukan sekadar keluhan fisik, melainkan juga hambatan emosional yang mengurangi kualitas hidup. Aktivitas sederhana seperti berjalan, duduk, atau naik tangga bisa berubah menjadi perjuangan harian. Ketika obat dan fisioterapi tak lagi efektif, pilihan terakhir biasanya jatuh pada operasi penggantian sendi lutut (Total Knee Replacement). Namun, kekhawatiran tentang lamanya pemulihan sering menghantui pasien. Kini, berkat teknologi robotik ROSA® (Robotic Surgical Assistant), proses penyembuhan menjadi lebih cepat dan akurat. Teknologi ini membantu dokter menyesuaikan tindakan bedah sesuai anatomi unik setiap pasien, memberikan hasil yang presisi dan memungkinkan mereka kembali beraktivitas lebih cepat.
Sistem robotik ROSA® bekerja dengan memetakan anatomi lutut pasien dalam format tiga dimensi. Dokter bedah dapat menentukan posisi dan ukuran implan dengan ketepatan hingga di bawah satu derajat dan satu milimeter. Dr. dr. Franky Hartono, SpOT (K), Konsultan Bedah Ortopedi Hip and Knee di Siloam Hospitals Kebon Jeruk, menjelaskan bahwa teknologi ini meningkatkan stabilitas lutut dan mengurangi risiko komplikasi jangka panjang. “ROSA memberi kami kemampuan untuk menyesuaikan setiap tindakan sesuai kebutuhan pasien. Hasilnya lebih stabil dan pasien bisa berjalan kembali lebih cepat,” katanya. Tingkat akurasi ini bukan hanya meningkatkan hasil klinis, tetapi juga mengurangi trauma jaringan dan mempercepat masa pemulihan.
“Baca Juga : Memanggang, Merebus, atau Mengukus,Pilihan Metode Memasak Rendah Lemak untuk Gaya Hidup Sehat“
Menurut dr. Franky, pasien yang menjalani operasi dengan bantuan robot biasanya merasakan nyeri pascaoperasi yang lebih ringan dan mobilitas yang lebih cepat dibanding metode konvensional. Dalam banyak kasus, pasien sudah dapat berjalan dengan bantuan hanya beberapa hari setelah operasi, tergantung pada kondisi dan usia mereka. Setelah empat hingga enam minggu, sebagian besar sudah bisa melakukan aktivitas ringan secara mandiri. “Pasien dengan nyeri lutut sering kehilangan kepercayaan diri untuk bergerak. Dengan bantuan ROSA, mereka bukan hanya pulih, tapi juga mendapatkan kembali kebebasan dan semangat hidupnya,” ujarnya. Teknologi ini menjawab harapan banyak orang yang ingin sembuh tanpa harus melewati proses panjang dan menyakitkan.
Kesuksesan penerapan teknologi robotik tak lepas dari kolaborasi tim medis berpengalaman. Di Siloam Hospitals Kebon Jeruk, dr. Franky bekerja bersama dr. Daniel Petrus Marpaung, SpOT (K) dan dr. Karina Besinga, SpOT (K). Ketiganya menangani berbagai kasus kompleks dengan pendekatan multidisiplin yang menekankan keamanan, ketepatan, dan kenyamanan pasien. Mereka memastikan bahwa setiap pasien mendapat evaluasi menyeluruh sebelum tindakan, termasuk perencanaan digital operasi berbasis data anatomi. Dengan kolaborasi lintas keahlian, hasil operasi menjadi lebih konsisten, risiko revisi menurun, dan pasien mendapatkan pengalaman pemulihan yang lebih tenang dan terukur.
“Baca Juga : Bagaimana Diet Rendah Lemak Membantu Jantungmu Tetap Sehat“
Bagi Inge Samadi, Executive Director Siloam Hospitals Kebon Jeruk, kehadiran teknologi seperti ROSA merupakan langkah penting menuju transformasi digital di dunia medis. “Teknologi ini bukan sekadar alat bantu, melainkan simbol dari perubahan paradigma layanan kesehatan yang lebih presisi dan manusiawi,” ujarnya. Melalui inovasi ini, tenaga medis tidak hanya mengandalkan keahlian manual, tetapi juga dukungan sistem digital untuk meningkatkan hasil klinis. Pendekatan berbasis data ini diharapkan mampu mendorong rumah sakit di Indonesia untuk terus beradaptasi dengan teknologi mutakhir demi kesejahteraan pasien.
Kini, pasien osteoartritis tak perlu lagi menganggap operasi lutut sebagai akhir dari mobilitas. Dengan teknologi robotik, mereka bisa berharap untuk kembali aktif tanpa rasa nyeri berkepanjangan. ROSA membuka peluang baru bagi penderita untuk menjalani hidup lebih produktif, mulai dari berjalan santai hingga berolahraga ringan. Operasi lutut tak lagi identik dengan masa pemulihan panjang dan keterbatasan gerak. Melalui perpaduan antara keahlian medis dan kecanggihan teknologi, harapan untuk kembali melangkah kini bukan sekadar mimpi tetapi kenyataan yang bisa diraih dengan presisi dan kasih sayang.