Commons Sight – Musim Formula 1 2026 akan menjadi salah satu era paling ambisius dan menantang dalam sejarah balap modern. Regulasi baru tidak hanya mengubah sistem tenaga, tetapi juga memengaruhi setiap aspek teknis mobil, termasuk sistem rem Formula 1. Kombinasi antara tenaga listrik dan pembakaran kini akan berimbang 50:50, berbanding jauh dari komposisi lama 80:20. Perubahan ini membuat tim-tim F1 harus mendesain ulang seluruh sistem pengereman mereka agar sesuai dengan karakteristik baru mobil yang lebih efisien dan ringan.
“Baca juga: Bensin Campur Etanol, Ini Kelebihan Dan Kekurangannya“
Perubahan paling signifikan datang dari peningkatan tenaga MGU-K, dari 120 kW menjadi 350 kW, serta dihapusnya MGU-H. Akibatnya, energi regeneratif dari sistem pengereman menjadi lebih besar. Menurut Andrea Algeri, manajer pelanggan F1 dari Brembo, ini menjadi tantangan terbesar dalam 15 tahun terakhir. Ia menjelaskan bahwa peningkatan kapasitas regeneratif akan mengubah cara mobil melaju, sekaligus cara mereka berhenti. “Sistem pengereman kali ini bukan hanya tentang memperlambat mobil, tapi juga tentang bagaimana memulihkan energi seefisien mungkin,” ujarnya.
Regulasi baru FIA memberikan fleksibilitas lebih luas dalam ukuran cakram rem. Kini, tim boleh menggunakan rotor depan berdiameter 325–345 mm, sedangkan bagian belakang 260–280 mm, dengan ketebalan maksimum 34 mm. Selain itu, desain kaliper kini diizinkan memiliki hingga tiga titik pengikat, bukan dua seperti sebelumnya. Menurut Algeri, perubahan ini membuka ruang kreativitas bagi para insinyur dalam mencari keseimbangan optimal antara pendinginan, bobot, dan daya tahan. “Ini pertama kalinya dalam dua dekade kami punya kebebasan sebesar ini di sisi kaliper,” ungkapnya.
Sistem pengereman modern tetap mempertahankan prinsip lama: rem depan bekerja secara hidraulik, sementara bagian belakang menggunakan sistem brake-by-wire. Ketika pembalap menekan pedal, permintaan torsi diterjemahkan menjadi kombinasi antara pengereman friksi dan pengereman regeneratif. Dengan meningkatnya kapasitas MGU-K, sistem regeneratif akan lebih dominan. Namun, hal ini memaksa tim untuk menyeimbangkan seberapa banyak energi yang bisa dikembalikan tanpa mengorbankan kontrol mobil di tikungan.
Selain aerodinamika dan performa mesin, berat mobil menjadi medan pertempuran baru pada 2026. Meskipun baterai kini lebih besar, FIA menurunkan batas berat minimum dari 800 kg menjadi 768 kg. Artinya, setiap tim harus berjuang keras memangkas bobot komponen, termasuk sistem rem. Dalam situasi ini, ukuran besar tidak selalu berarti lebih baik. “Tim mencari keseimbangan terbaik antara ukuran dan berat,” kata Algeri. Ia juga menambahkan bahwa beberapa tim berani mengambil risiko dengan membuat sistem rem yang lebih kecil demi menghemat beberapa gram.
Kendati ada dorongan untuk mengurangi ukuran, FIA tetap menegaskan aturan keamanan ketat. Untuk alasan keselamatan, rem belakang harus tetap mampu menghasilkan torsi minimal 2500 Nm pada tekanan 150 bar, bahkan tanpa bantuan sistem regeneratif. Dengan demikian, desain cakram dan kaliper harus cukup kuat untuk menahan beban ekstrem. Algeri menjelaskan, “Kami tidak bisa membuat rem terlalu tipis karena risiko kegagalan bisa fatal.” Oleh sebab itu, setiap desain harus mampu bertahan di kondisi ekstrem, termasuk di sirkuit dengan banyak tikungan berat seperti Monaco atau Singapura.
“Baca juga: Hyundai Stargazer Cartenz Facelift 2025, Ketika MPV Berjiwa SUV Menaklukkan Jalanan Indonesia“
Salah satu aspek paling menarik dari sistem rem Formula 1 2026 adalah strategi pendinginan yang disesuaikan untuk tiap sirkuit. Menurut Algeri, beberapa lintasan akan membutuhkan cakram dengan sedikit lubang untuk menjaga suhu tinggi, sementara sirkuit berkecepatan tinggi seperti Monza akan menggunakan cakram dengan lebih banyak lubang agar panas mudah keluar. “Kami akan melihat variasi pendinginan yang sangat berbeda antar sirkuit,” jelasnya. Pendekatan ini memungkinkan tim untuk menjaga performa optimal karbon pada suhu kerja idealnya, sekaligus meningkatkan efisiensi pengereman di berbagai kondisi lintasan.
Perubahan besar ini juga memaksa pabrikan rem seperti Brembo untuk meninjau ulang sistem rating performa sirkuit. Sebelumnya, beban rem hanya diukur berdasarkan torsi dan frekuensi pengereman. Namun kini, faktor recovery energi ikut memengaruhi tingkat beban. Lintasan seperti Monaco yang dulunya dianggap “ringan” dalam torsi kini justru bisa menjadi berat karena sistem regeneratif mengisi baterai lebih cepat. Saat baterai penuh, mobil harus mengandalkan rem mekanis sepenuhnya, sehingga beban meningkat drastis. Artinya, tim akan terus menyesuaikan strategi pengereman agar sesuai dengan profil energi di tiap lintasan.
Era Formula 1 2026 bukan hanya revolusi mesin, melainkan evolusi total dalam filosofi teknik mobil. Sistem rem Formula 1 kini harus menjadi kombinasi antara kecepatan, efisiensi, dan keselamatan. Dalam pandangan saya, perubahan ini akan membawa tantangan besar namun juga membuka peluang inovasi baru yang luar biasa. Dengan lebih banyak kebebasan desain dan fokus pada keseimbangan energi, kita akan menyaksikan mobil F1 yang lebih cerdas, ringan, dan efisien dari sebelumnya. Satu hal yang pasti tahun 2026 akan menandai babak baru dalam sejarah kecepatan dan teknologi otomotif dunia.