Commons Sight – Kasus infeksi menular seksual IMS dan HIV kembali meningkat di Indonesia. Kondisi ini membuat banyak pihak khawatir karena penularannya sering terjadi tanpa gejala. Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan, lebih dari 564.000 penduduk Indonesia hidup dengan HIV. Angka tersebut menempatkan Indonesia pada posisi ke-9 dunia. Menanggapi situasi ini, dr. Thesa Ananda Prima menegaskan perlunya pencegahan sejak dini. Menurutnya, penggunaan kondom menjadi cara paling sederhana dan efektif untuk mengurangi risiko. Selain itu, ia juga menekankan pentingnya edukasi yang lebih mudah dipahami masyarakat luas.
Generasi Muda Jadi Kelompok Paling Rentan
Peningkatan kasus IMS paling banyak ditemukan pada remaja dan dewasa muda. Sebagian besar laporan berasal dari kelompok usia 15–24 tahun. Klamidia dan gonore menjadi infeksi yang paling sering ditemukan, terutama pada individu yang melakukan hubungan seksual tanpa pengaman. WHO menyebut lebih dari 70 persen IMS tidak menunjukkan gejala. Akibatnya, banyak orang tidak sadar bahwa mereka telah terinfeksi. Karena itu, edukasi yang tepat dan akses informasi yang ramah anak muda harus diperluas. Dengan pemahaman yang lebih baik, risiko penularan dapat ditekan.
“Baca Juga : Diet Air Putih dan Efeknya pada Berat Badan: Antara Mitos dan Realita“
Tantangan Baru di Tengah Perubahan Global
Tema Hari AIDS Sedunia 2025 berbunyi “Overcoming Disruption, Transforming the AIDS Response.” Tema ini menggambarkan bahwa penanganan HIV menghadapi perubahan besar, terutama dari sisi pendanaan global. Perubahan tersebut berdampak pada negara berkembang termasuk Indonesia. Untuk mengatasi tantangan ini, kolaborasi lintas lembaga menjadi sangat penting. Berbagai organisasi kini aktif memberikan edukasi dan akses alat pencegahan. DKT Indonesia, misalnya, telah menyalurkan lebih dari 153.000 kondom ke sejumlah wilayah. Upaya ini menjadi langkah nyata memperkuat pencegahan di tingkat komunitas.
Edukasi Seksual yang Lebih Terbuka dan Ramah
Peningkatan kasus HIV menunjukkan edukasi seksual belum merata. Banyak orang tidak mengetahui cara penularan, risiko perilaku tanpa pengaman, atau pentingnya pemeriksaan rutin. Karena itu, edukasi harus disampaikan secara terbuka dan tanpa stigma. Penyampaian yang ramah akan membuat masyarakat lebih berani mencari informasi dan pertolongan medis. Dengan cara itu, kesadaran kolektif dapat tumbuh lebih luas. Pada akhirnya, masyarakat akan lebih memahami bahwa kesehatan seksual adalah bagian penting dari kesejahteraan hidup.
“Baca Juga : Diet Sehat Tanpa Smartphone: Fokus Pola Makan yang Lebih Sadar dan Tenang“
Hindari Seks Tanpa Pengaman sebagai Langkah Dasar
Hubungan seksual tanpa pelindung menjadi penyebab terbesar penularan. Banyak orang mengambil keputusan spontan tanpa mempertimbangkan risikonya. Menurut dr. Thesa, penggunaan kondom bukan hanya untuk mencegah kehamilan. Lebih dari itu, kondom melindungi dari berbagai penyakit menular seksual. Keputusan untuk selalu menggunakan pelindung menjadi langkah dasar dalam menjaga kesehatan. Dengan kebiasaan ini, penularan dapat ditekan secara signifikan.
Konsistensi Penggunaan Kondom yang Masih Rendah
Walau kondom terbukti efektif, konsistensi penggunaannya masih rendah. Banyak orang hanya menggunakan kondom sesekali. Padahal manfaatnya maksimal jika dipakai setiap kali berhubungan seksual. Dr. Thesa berharap para pengguna lebih disiplin. Dengan penggunaan yang lebih konsisten, risiko penularan HIV dan IMS bisa menurun drastis. Konsistensi inilah yang menjadi kunci utama pencegahan.